Penentuan Awal Waktu Shalat

Dalam melakukan hisab awal waktu shalat, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan yaitu :

 Data yang harus diketahui
 Rumus yang perlu dipergunakan
 Prosedur perhitungan

Berikut ketiga hal tersebut diatas:

I. Data yang harus diketahui
a. p (phi) sebagai lambang dari lintang tempat.
b. L (lamda) sebagai lambang dari bujur tempat.
c. d (delta) sebagai lambang dari deklanasi matahari
d. e (equator of time) sebagai lambang dari perata waktu
e. h (high) sebagai lambang dari tinggi matahari

II. Rumus yang perlu dipergunakan
a. 12 – e + t – KWD + i
b. Cos t = - tan p tan d + sin h
Cos p cos d
c. Cos t = - tan p tan d + sec p sec d sin h

Keterangan :
1. Untuk menentukan awal waktu dhuhur, rumus (a) dapat di pergunakan tanpa t, sehingga rumus berubah menjadi :
12 – e – KWD = i

2. Untuk menentukan awal waktu shalat ashar, rumus (a) dapat digunakan sepenuhnya, sedangkan bila menggunakan rumus (b) atau (c), h hendaknya di hitung tersendiri dengan rumus : cotan h = tan zm + 1

3. Untuk menentukan awal waktu shalat maghrib, rumus (a) dapat digunakan sepenuhnya, sedangkan bila menggunakan rumus (b) atau (c) perlu di ingat bahwa (h) terdiri dari unsur-unsur :
00 – s.d – Ref – Deep.
Untuk daerah pantai = 00 – 16’ – 4’30’ – 10’ = -10

4. Untuk menentukan awal waktu Shalat Isya’, rumus a dapat digunakan sepenuhnya, sedangkan bila menggunakan rumus b atau c, perlu di ingat bahwa (h) = - 180

5. Untuk menentukan awal waktu shubuh, rumus (a) dapat digunakan sepenuhnya dengan catatan bahwa tanda (t) harus di ubah menjadi tanda (-) sehingga rumus menjadi 12 – e – t – KWD + i sedangkan bila menggnakan rumus (b) atau (c) perlu diingat bahwa (h) = -200 

6. Untuk menentukan awal matahari terbit, rumus (a) dapat digunakan sepenuhnya dengan catatan tanda (t) dan tanda (i) harus di ubah menjadi (-) sehingga rumus berubah menjadi : 12 – e – t – KWD – i sehingga bila menggunakan rumus yang (b) atau (c) perlu diingat bahwa (h) = -10 sama dengan tinggi matahari awal waktu maghrib.

7. Untuk menentukan awal waktu dhuha, rumus (a) dapat digunakan sepenuhnya dengan catatan bahwa tanda (t) harus di ubah menjadi (-) sehingga rumus berubah menjadi : 12 – e – t – KWD + i Sehingga bil;a menggunakan rumus (b) atau (c) perlu diingat bahwa (h) = 4030’


III. Prosedur Perhitungan
Dalam rangka melakukan penghitungan awal waktu shalat, hal-hal yang berhubungan dengan geneometris, dapat di pecahkan dengan menggunakan :
a) Daftar logaritma, hanya saja karena daftar logaritma yang banyak di terbitkan hanya memutar antara empat sampai lima decimal, maka hasilnya kurang akurat dan ketelitiannya pun kurang dapat dipelihara.
b) Scientific Calculator, misalnya calculator FX 85, 110, 120, 140, 350, 3200, 4100, 4200, 4500 PA.


Beberapa Istilah Pada Bola Langit

1. Equator : lingkaran yang membagi dua sama besar bola langit menjadi bagian utara dan bagian selatan.
2. Lintang Tempat : jarak suatu tempat ke equator. Bagi tempat-tempat disebelah utara equaotor, lintang tempanya di hitung positif (+), sedangkan di sebelah selatan equator hitung negative (-). Tempat-tempa yang di lalui equator, lintang tempatnya berkisar/benilai nol derajat (00).
3. Lingkran Lintang/Garis Lintang : lingkaran-lingkaran yang sejajar dengan equator.
4. bujur tempat : jarak suatu tempat ke garis bujur yang melalui kota Green Wich (London). Bagi tempat-tempat yang berada di sebelah barat Green Wich, bujur tempatnya disebut bujur barat (BB) dan sebaliknya bujur timur (BT).
Bujur barat 1800 berimpit dengan bujur timur 1800 di Lautan pasifik, dan di jadikan pedoman untuk menentukan Garis Batas Tanggal ( International Date Line ).
5. Lingkaran Bujur/Garis Bujur : Lingkaran-lingkaran besar melalui titik-titik kutub dan memotong equator tegak lurus.
6. Ketinggian jarak suatu benda langit dengan lingkaran ufuk, dihitung sepanjang lingkaran vertical.
7. Deklinasi Matahari : Jarak suatu benda langit dengan equator langit. Jika benda langit itu berada disebelah utara equator, maka deklinasinya dihitung positif (+), dan jika di sebelah selatan equator dihitung negative (-). Deklinasi matahari berkisar antara + 230 30’ sampai -230 30’. Deklinasi bulan dapat mencapai maksimum 50 9’ lebih besar dari deklinasi matahari.
8. Sudut Waktu : Jarak antara suatu benda langit dengan titik kulminasinya. Jika benda langit tersebut belum berkulminasi, sudut waktunya dihitung negative (-) dan setelah berkulminasi dihitung positif (+).
9. Perata waktu (equation of time) : selisih waktu matahari hakiki dengan waktu matahari pertenghan (rata-rata).

Menenetukan awal waktu dzuhur

• Pelabuhan ratu 23/12 2009

Data P : -701044,60
 : 1060 330 27.80
d : -230 160 3000
e : -01m 37dt
R.12-e-(tp-dh)+i
= 12j – (-01m 37dt)
= 12j + 01m 37dt
= 12j 01m 37dt
- = 0j 06m 13.85dt _
(KWD) = 11dt 55m 23.15dt (WIB)
i = 02m _
= 11j 57m 23.15dt WIB
= 11j 57m
Penentuan Awal Waktu Shalat Penentuan Awal Waktu Shalat Reviewed by Belajar Dan Berbagai on Thursday, December 27, 2012 Rating: 5

1 comment:

  1. bisa dijelaskan secara jelas itu yg dipakai rumus yang keberapa dan simbolnya kurang jelas..
    terima kasih

    ReplyDelete

Tulis untuk peningkatan pengetahuan

Powered by Blogger.